PT Arun Ekspor 43 Kargo LNG Ke Jepang dan Korsel
LHOKSEUMAWE - AER
PT Arun melepaskan kapal tangker Hanjin Pyeong Taek yang membawa LNG dari Aceh Utara ke Jepang dan Korea Selatan sebagai penutupan tahun 2008, Rabu (31/12). Jumlah LNG yang diekspor tahun 2008 ke Jepang dan Korea Selatan sebanyak 43 kargo. Namun, yang dikirim hanya 42 kargo, karena satu kargo lagi atas permintaan dari pihak pembeli akan dikirim pada bulan Januari 2009.
Dengan ekspor yang terakhir ini, PT Arun telah mengirimkan LNG ke Jepang dan Korea Selatan sebanyak 4.142 kargo (kapal). Tanker yang dikendalikan Capten Mr Cha Myeong Soo dan Mr Cho Yu Jeong (Chief) itu dilepas Walikota Lhokseumawe, Munir Usman. Saat memutuskaan tali ikatan kapal tersebut. Walikota turut didampingi Danrem 011/Lilawangsa Kolonel Inf Eko Wiratmoko, dan President Direktur PT Arun, H Fauzi Husin.
Untuk tahun 2009, PT Arun menargetkan ekspor 42 kapal LNG. Namun, karena pertimbangan untuk kebutuhan PT PIM dalam menyalurkan pupuk kepada petani Aceh, sebanyak tiga kapal disisihkan untuk kebutuhan industri lokal, sesuai kontrak yang telah ditangani. “Karena itu, PT Arun berkewajiban mengapalkan sebanyak 39 kargo,” ujar Fauzi.
Dengan makin menurunnya jumlah produksi gas, lanjutnya, akan berdampak pula pada penurunan anggaran yang dialokasikan produser untuk biaya operasional. Karena itu, menurut Fauzi, mengharuskan manajemen untuk melakukan upaya efisiensi dengan mengkaji ulang aktivitas operasional sesuai besarnya anggaran tersedia.
Demikian pula dengan kondisi kilang makin tua dan membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Hal tersebut merupakan tantangan berat bagi tim management dan pekerja. Karena itu, Fauzi meminta segenap karyawan perusahaan agar dalam saling mendukung dan terkait. Walaupun kondisi kilang kian tahun makin menurun, tambah Fauzi, namun perusahaan terus melakukan dan pendekatan dengan masyarakat lingkungan sejauh anggarannya masih tersedia.
Sementara Munir Usman mengakui masyarakat yang menetap di lingkungan PT Arun tidak merasakan kebahagiaan sebagaimana yang dirasakan oleh pihak perusahaan itu. Hal tersebut, katanya, disebakan karena keluarga PT Arun bekerjasana dengan warga lingkungan, sedangkan masyarakat tidak bekerja di tempat itu.
Tak ada bantuan
Sementara beberapa tokoh masyarakat di lingkungan PT Arun yang dalam katagori desa binaan, membantah pernyataan Presiden Direktur perusahaan banyak membangun rumah duafa. Kenyataan itu tak sesuai dengan kondisi di lapangan,
Geuchik Meuria Paloh, Muhammad Yusuf mengatakan, kepedulian perusahaan Arun terhadap lingkungan selama ini sangat tidak ada, padahal beberapa desa binaannya sangat diharapkan, kalaupun ada hanya sebatas bantuan kecil yang tidak dapat digunakan. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan ini kurang singkron antara staf PTA dengan masyarakat lingkungan.(Serambinews.com)